Arsip untuk Mei 2010

JEJAK MINANGKABAU DI JAMBI

1 Mei 2010

Keberadaan Migran dari Minangkabau di Jambi berkaitan dengan masalah penambangan emas, penanaman dan perdagangan tanaman lada. Diperkirakan bersamaan dengan terbentuknya kerajaan Jambi migran dari Minangkabau telah datang di Jambi. Keberadaan pendatang dari Minangkabau di Jambi tampak dari ceritera rakyat penduduk setempat Dengan demikian dapat dikatakan orang Minangkabau memiliki peran besar bagi tumbuh kembangnya daerah Jambi. Dimulai sejak Jambi masih merupakan kerajaan pantai (coastal state), Jambi sudah merupakan pelabuhan dagang bagi produk daerah Minangkabau, terutama lada. Turun naiknya Jambi sebagai pelabuhan ekspor sangat tergantung dari hasil lada Minangkabau. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dinamika perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain. Hasil penelitian ini dapat memberikan suatu deskripsi tentang komposisi penduduk, aspek ekonomi, dan politik dan penduduk pendatang dari Minangkabau pada masa kesultanan Jambi. Migran dari Minangkabau dapat dibedakan antara, pendatang Minangkabau yang berada dalam lingkaran bangsawan Jambi dan pendatang Minangkabau yang merupakan rakyat biasa dan mereka dikenal dengan sebutan orang Batin dan orang Penghulu. Orang Batin terdiri atas kaum pendatang Minangkabau yang menetap di sepanjang batang Tembesi dan Batang Asai dan kemudian berbaur dengan penduduk asli. Mereka bertugas sebagai penjaga garis batas daerah dan wajib membayar pajak (jajah) dan dianggap sebagai orang dalam (keluarga). Mereka hanya dikenakan wajib pajak yang terdiri dari pemungutan hasil sawah sebagai sewa tanah, hasil hutan, dan hasil mendulang emas. Hasil emas yang dipungut dapat dari perorangan atau setiap keluarga yang mendulang emas. Pembayaran uang-jajah ini sebagai pengakuan terhadap kekuasaan sultan, melalui instansi perwakilan sultan, yaitu jenang. Disamping Orang Batin juga terdapat Orang Penghulu yang juga berasal dari Minangkabau, dan oleh karena itu masih mempunyai hubungan dengan orang Batin. Mereka bermigrasi ke Jambi untuk mencari emas dan pada awal kedatangan mereka bergabung dan tunduk kepada Orang Batin. Kewajiban orang Penghulu pada kesultanan Jambi adalah membayar jajah (pajak penghasilan) dan bertugas sebagai penjaga batas dengan Bengkulu dan Palembang bagi orang Penghulu yang berada di Limun dan Batang Asai, sedangkan orang Penghulu yang berada di Ulu Tebo dan Bungo sebagai penjaga batas dengan Sumatera Barat. Pendatang dari Minangkabau lainnya dapat ditemukan di daerah Tungkal Penduduk pendatang masuk ke daerah Tungkal dimulai dari kedatangan rombongan yang berjumlah 199 orang. Mereka disebutkan berasal dari Pariangan Padang Panjang dan dipimpin oleh Datuk Andiko. Pada perkembangan selanjutnya di daerah Tungkal ini juga datang penduduk dari berbagai suku, misalnya orang Banjar, orang Bugis, dan orang Jawa. Kesimpulan dari penelitian awal tentang orang Minangkabau yang bermigrasi ke Jambi adalah sebagai berikut: 1. Pendatang dari Minangkabau baik yang berada di daerah pantai maupun di daerah dataran tinggi Jambi bersama penduduk pendatang lainnya membentuk identitas baru sebagai orang Jambi. 2. Migrasi orang Minangkabau menuju daerah Jambi telah berlangsung lama dan dapat dikategorikan sebagai migrasi permanen 3. Migran Minangkabau di Jambi dapat dibedakan menjadi dua:pendatang Minangkabau yang menjadi bagian dari bangsawan Jambi dan pendatang Minangkabau rakyat biasa 4. Migrasi penduduk dari Minangkabau ke Jambi terjadi karena alasan: pembukaan koloni baru dan alasan ekonomi